Bahasa dan Media


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi pemersatu. Artinya, bahasa dapat mempersatukan kelompok masyarakat dalam berkomunikasi dengan anggota masyarakat lainnya. Bahasa dapat dituangkan secara lisan maupun tulisan. Bahasa lisan dapat diungkapkan melalui pembicaraan yang dilakukan seseorang secara langsung maupun tidak langsung, misalnya, pembacaan berita di televisi, telepon dandiskusi. Untuk bahasa tulisan dapat diungkapkan melalui surat, cerpen, novel, majalah, serta koran.
Seiring dengan perkembangan zaman, semua orang tidak bisa terlepas dari teknologi informasi. Media komunikasi pun semakin beragam dan cakupannya luas meliputi kecamatan, kabupaten, provinsi, nasional hingga internasional sekalipun.
Televisi merupakan salah satu media massa yang menggunakan bentuk visual atau video sebagai alat utamanya. Peranan Televisi dalam pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia sangatlah besar. Bahkan pembentukan dan pemakaian istilah baru serta pemasyarakatannya sering kali banyak dipengaruhi juga oleh tayangan televisi. Andaikan semua media massa visual menggunakan Bahasa Indonesia baku yaitu bahasa jurnalistik yang memenuhi kaidah Bahasa Indonesia terutama ragam tulis menjadi kenyataan, niscaya media akan berperan sebagai guru bahasa.
Namun, pada saat ini muncul kecenderungan dari media visual untuk bersikap negatif terhadap Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari aktivitas kebahasaan yang ada. Mereka seakan lebih bangga menggunakan bahasa asing dan plesetan dari pada menggunakan Bahasa Indonesia walaupun sebenarnya situasi dan kondisi saat itu tidak memungkinkan. walaupun sebenarnya gaya bahasa jurnalistik dalam penggunaan Bahasa Indonesia sangat berbeda konteks. Akibatnya peran media masa visual sebagai salah satu guru Bahasa Indonesia yang baik dan benar bagi masyarakat menjadi sulit terwujud, karena kesalahan-kesalahan yang seharusnya tidak boleh terjadi justru diakomodir pada sejumlah tulisan yang termuat di dalam surat kabar.
B.     Rumusan Masalah
  1. Apa yang menyebabkan kesalahan berbahasa di televisi?
  2. Bagaimana bentuk kesalahan dalam berbahasa di televisi?
  3. Bagaimana upaya untuk mengurangi kesalahan berbahasa?

C.    Tujuan
  1. Untuk mengetahui penyebab kesalahan dalam berbahasa di televisi.
  2. Untuk mengeahui bentuk bentuk kesalahan dalam berbahasa di televisi.
  3. Untuk mengetahun cara upaya untuk mengurangi kesalahan tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.      Penyebab kesalahan berbahasa
Bahasa bagi para jurnalis adalah senjata. Maka, pelurunya adalah kata-kata. Tanpa menulis, jurnalis tak akan pernah bisa menginformasikan peristiwa ataupun merubah pandangan masyarakat kearah yang lebih baik. Kehidupan jurnalispun haruslah terampil berbahasa. Bahasa jurnalistik harus padat, singkat, sederhana, jelas, lugas namun menarik untuk dibaca.
Tentunya, perlu ada keahlian khusus tentang kebahasaan yang harus dikuasai wartawan agar tercipta tulisan yang bermanfaat, komunikatif dan informatif. Para jurnalis dituntut pula untuk memahami kaidah bahasa Indonesia yang sesuai dengan tata bahasa yang telah ditetapkan. Namun, sayangnya banyak para jurnalis yang masih melakukan banyak kesalahan dalam menggunakan bahasa dalam tulisannya. Kesalahan-kesalahan itu pada akhirnya membuat kerancuan dan salah tafsir para pembaca.
Hingga  sampai akhirnya dapat kami simpulkan bahwa kesalahan pembaca berita oleh jurnalistik disebabkan oleh beberapa masalah yaitu:
2.1.1.   Ketidaktahuan terhadap bahasa yang baik dengan bahasa yang salah. Akan tetapi, bagaimana bisa para pembaca berita tidak mengetahui bahasa Indonesia yang baik, sedangkan bahasa Indonesia sudah diajarkan semenjak Sekolah Dasar. Bahasa Indonesia memang sudah diajarkan semenjak Sekolah Dasar, tetapi para siswa tidak dibiasakan berbahasa Indonesia yang baik sejak awal. Inilah yang menyebabkan ketidaktahuan berbahasa yang benar pada pembaca berita. Hal ini terjadi karena bahasa Indonesia yang baik tidak ditanamkan semenjak kecil, apalagi sesudah masuk kuliah banyak mahasiswa yang melupakan pelajaran mengenai ejaan di bimbingan belajar dan sekolahnya, terutama oleh mahasiswa di jurusan yang tidak menekankan bahasa Indonesia yang baik di kuliahnya.
2.1.2.   Ketidaktelitian juga menjadi salah satu penyebab kesalahan berbahasa di media masa visual. Kesalahan yang biasa terjadi karena ketidaktelitian, yaitu salah pengetikan. Pembaca berita cenderung ingin cepat-cepat selesai dalam mengerjakan tugas sehingga tidak memeriksa lagi apakah terdapat kesalahan pengetikan atau tidak. Pembaca berita juga sering membuat kalimat yang panjang-panjang hingga inti kalimatnya menjadi tidak jelas. Jika Pembaca berita tersebut lebih teliti, seharusnya ia dapat membagi kalimat panjang tersebut menjadi beberapa kalimat agar intinya menjadi jelas. Selain itu, mahasiswa juga masih sering menggunakan bahasa lisan yang dituang ke dalam tulisan. Padahal, jika ia lebih teliti, bahasa lisan tersebut dapat diganti menjadi bahasa tulisan.
2.1.3.   Kesalahan yang memang sengaja dilakukan, biasanya kesalahan yang sengaja dilakukan ini terdapat pada selembaran-selembaran iklan mengenai suatu acara yang diadakan oleh mahasiswa.Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menarik perhatian pembacanya. Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja tersebut biasanya disampaikan dengan kalimat yang rancu atau justru kalimat yang kreatif dan imajinatif.
Jadi, kesalahan berbahasa di kalangan pembaca berita ini biasa terjadi karena ketidaktahuan pembaca berita untuk berbahasa yang baik, ketidaktelitian, dan kesengajaan pembaca berita itu sendiri. Seharusnya, setiap orang ditanamkan berbahasa Indonesia yang baik sejak kecil sehingga kesalahan-kesalahan seperti ini tidak terjadi lagi.
2.2.      Bentuk-bentuk kesalahan dalam berbahasa.
Bagi para penulis dan jurnalis (wartawan), bahasa adalah senjata, dan kata-kata adalah pelurunya. Mereka tidak mungkin bisa memengaruhi pikiran, suasana hati, dan gejolak perasaan pembaca atau penonton, jika tidak menguasai bahasa  jurnalistik dengan baik dan benar. Itulah sebabnya, para penulis dan jurnalis harus dibekali penguasaan atas kosa kata, pilihan kata, kalimat, paragraf, gaya bahasa, dan etika bahasa jurnalistik. Jika ini tidak terpenuhi, maka akan timbul masalah karena kesalahpahaman atau yang lainnya karena dibaca oleh semua lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya.
Media elektronik juga berguna untuk menyampaikan informasi, karena itu jika bahasa jurnalistik tidak dapat menyampaikan informasi dengan daya komunikasinya, akan timbul kebingungan dari kalangan pembaca atas informasi yang tidak benar. Bahasa jurnalistik juga terdapat di media elektronik yang dapat diakses oleh semua orang sehingga kesalahan sedikitpun akan menjadi masalah yang besar bagi sebagian pihak yang terkena dampak tersebut.
Televisi adalah salah satu media masa yang dapat menayangkan sebuah berita dangan tuntas serta padat sehingga kita dapat menggali informasi didalamnya tetapi dalam beberapa wakti ini kita seringkali menemukan kesalahan berbasa didalamnya yang dapat menimbulkan salah paham. Televisi ini adalah salah satu media masa visual yang dapat dilihat hingga seluruh Indonesia bahkan sampai belahan dunia makan jika terjadi kesalahan dalam tutur kata maupun penulisannya akan sangan terlihat dan disorot oleh seluruh masyarakat seperti kasus dibawah ini:
2.2.1    VICKY & DKK berarti Vicky dan dan kawan-kawan.

2.2.2  Kesalahan pertama: "Bobbi Menurunkan Bakat Bernyanyi Dari Sang Ibu" (bahasa sumsang) Bobbi adalah anaknya Whitney Houston. Apakah Bobbi yang menurunkan Bakat Bernyanyinya. Seharusnya "Sang Ibu Menurunkan Bakat Bernyanyi pada Bobbi" atau "Bobbi mendapat bakat bernyanyi dari sang ibu"
Kesalahan kedua (Ketidakbakuan): RP. 1.900 Trilyun seharusnya RP.1.900 Triliun.

2.2.3  SEPI AKTIVITAS Seharusnya "Aktivitas Sepi Saat Pencoblosan" bukan ”sepi aktivitas” melainkan “aktivitas sepi” pola kalimat DM bukan MD.

2.2.4   NYOBLOS & MENYOBLOS Nyoblos tidak baku. Tidak terdapat dalam KBBI IV tahun 2015 dan tidak sesuai dengan EYD. “Menyoblos” seharusnya “mencoblos” huruf “c” dalam kata “coblos” tidak mengalapi pelesapan. Huruf mengalami pelesapan yakni "KTSP"

2.2.5   KENAIKAN BBM, Jelang Kenaikan BBM, yang naik BBM atau harganya, seharusnya, "Jelang Kenaikan Harga BBM".

2.3       Upaya untuk mengurangi kesalahan berbahasa
            Untuk menghindari beberapa kesalahan bahasa dalam media visual seperti yang diuraikan di atas, adalah dengan cara:
2.3.1        Melakukan kegiatan pe­nyuntingan
Melakukan penyuntingan baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, ejaan dan pemakaian bahasa jurnalistik yang baik secara umum.
Dalam penyuntingan bahasa jurnalistik terdapat beberapa prinsip yang dilakukan: 
1)     Balancing, yaitu menyangkut lengkap-tidaknya batang tubuh dan data tulisan.
2)     Visi tulisan seorang penulis yang mereferensi pada penguasaan atas data-data aktual.
3)     Logika cerita yang mereferensi pada kecocokan.
4)     Akurasi data.
5)     Kelengkapan data, setidaknya prinsip 5w+1h.
6)     Panjang pendeknya tulisan karena keterbatasan halaman.
(Pangabean. 2013).
Oleh karena itu diperlukan latihan menulis yang terus-menerus, dan latihan penyuntingan. Dengan upaya pelatihan dan penyuntingan, diharapkan seorang jurnalis dapat menyajikan ragam bahasa jurnalistik yang memiliki rasa dan memuaskan selera pembacanya, pendengarnya, atau penontonnya.
2.3.2        Memperkaya kosakata penulis
Agar penulis atau wartawan mampu memilih kosakata yang tepat, maka mereka dapat memperkaya kosakata dengan latihan penambahan kosakata dengan teknik sinonimi, dan antonimi. Dalam teknik sinonimi dia dapat mensejajarkan kelas kata yang sama yang nuansa maknanya sama atau berbeda. Dalam teknik antonimi penulis bisa mendaftar kata-kata dan lawan katanya. Dengan cara ini penulis atau wartawan bisa memilih kosakata yang memiliki rasa dan bermakna bagi pembaca.
2.3.3    Memperhatikan kata ganti
Seorang wartawan juga harus memperhatikan pertautan dengan memperhatikan kata ganti dan gagasan yang sejajar dituangkan dalam kalimat sejajar, manakala sudut pandang terhadap isi kalimat tetap sama, maka penempatan fokus dapat dicapai dengan pengubahan urutan kata yang lazim dalam kalimat, pemakaian bentuk aktif atau pasif, atau mengulang fungsi khusus. Oleh karena itu diperlukan latihan menulis yang terus-menerus, dan latihan penyuntingan. Dengan upaya pelatihan dan penyuntingan, diharapkan seorang jurnalis dapat menyajikan ragam bahasa jurnalistik yang memiliki rasa dan memuaskan selera penontonnya.
2.3.                  Membutuhkan Keterampilan Membaca
Kemampuan-kemampuan umum berbahasa lisan turut memperlengkapi suatu latar belakang pengalaman yang menguntungkan serta keterampilan bagi pengajaran membaca (Zainuddin. 1992).
Khususnya untuk pembaca berita karena kemampuan tersebut mencakup ujaran yang jelas dan lancar, kosa kata yang luas dan beraneka ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap dan sempurna bila diperlukan, pembeda-bedaan pendengaran yang tepat, dan kemampuan mengikuti serta menelusuri perkembangan urutan suatu cerita, atau menghubungkan aneka kejadian dalam urutan yang wajar.



BAB III
PENUTUP

3.1              Simpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri  bahasa jurnalistik yang terdiri dari singkat, padat, sederhana, lugas, menarik. Oleh sebab itu, diperlukan penyuntingan berita dan pelatihan untuk para jurnalis terutama pelatihan kosakata untuk menghindari dan meminimalisir kesalahan dalam penulisan bahasa jurnalistik pada media elektronik.
kesalahan berbahasa di kalangan Pembaca berita ini biasa terjadi karena ketidaktahuan Pembaca berita untuk berbahasa yang baik, ketidaktelitian, dan kesengajaan Pembaca berita itu sendiri. Seharusnya, setiap orang ditanamkan berbahasa Indonesia yang baik sejak kecil sehingga kesalahan-kesalahan seperti ini tidak terjadi lagi.
Televisi adalah salah satu media masa visual yang dapat dilihat hingga seluruh Indonesia bahkan sampai belahan dunia, maka jika terjadi kesalahan dalam tutur kata maupun penulisannya akan sangat terlihat dan disorot oleh seluruh masyarakat. Salah satu bentuk kesalahan bahasa dalam televisi adalah pola kalimatnya yang rancu dan ketidaksesuaian kata dengan EYD
Untuk menghindari beberapa kesalahan bahasa dalam media elektronik (televisi) salah satunya dengan memperkaya kosakata penulis dan melakukan penyuntingan baik menyangkut pemakaian kalimat, pilihan kata, ejaan dan pemakaian bahasa jurnalistik secara umum.







DAFTAR PUSTAKA
Buku
Prasetyo, Eko. 2013. Keterampilan Berbahasa Tempat Memilih Kata. Jakarta: PT Indeks.
Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalima: Fungsi, Kategoru dan Peran. Bandung: PT Rafika Aditama.
Zainuddin. 1992.  Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA
Internet
Ariella, Caroline. Kesalahan Penulisan Jurnalisrik. [Online] diakses dari https://www.academia.edu/9451561/kesalahan_penulisan_jurnalistik
Panggabean, Jonson Walker. 2013. Bahasa Jurnalistik dan Media Masa dalam Perkembangan Bahasa. [Online] diakses dari http://jasonwalkerpanggabean.blogspot.co.id/2013/09/makalah-bahasa-jurnalistik-dan-media.html

Previous
Next Post »